Kisah Sukses UFS: Kartika Sari

Legenda Oleh-Oleh Pisang Bolen dan Bagelen Khas Bandung

“Bermula dari hobi, Ratnawati Purnomo, sang Pendiri dari usaha toko oleh-oleh pastry dengan merek Kartika Sari memulai usahanya dengan berjualan kue basah. Ditahun 1986, Pisang bolen kreasinya mencuat sebagai produk pastry unggulan yang sekaligus menjadi cikal bakal berdirinya Kartika Sari. Hingga kini pisang bolen Kartika Sari tetap menjadi primadona di kalangan masyarakat maupun pengunjung kota Bandung.”

Cikal Bakal Kartika Sari

“Awalnya Mami (Ibu) hanya menjual bolu kukus dan beberapa jenis kue basah lainnya. Selang beberapa tahun kemudian, beliau mencoba membuat pisang bolen yang ternyata mendapat respon yang baik dari masyarakat. Dari situlah lahir Kartika Sari yang berlokasi di Jl. Hj. Akbar, Kebon Kawung, Bandung,” buka Andrew Purnomo, putra sulung Ratnawati Purnomo yang sekarang melanjutkan dan membantu ekspansi bisnis Kartika Sari.

Perkembangan Kartika Sari kian menggembirakan dari tahun ke tahun. Sejak gerai pertamanya resmi dibuka hingga sekarang Kartika Sari telah menjadi salah satu gerai oleh-oleh paling favorit di Bandung. Pelayanan yang prima dari para karyawan yang setia juga membuat gerai Kartika Sari padat pengunjung. Saat ini Kartika Sari mempunyai tujuh gerai yang tersebar di berbagai wilayah Kota Bandung, seperti Kebon Kawung, Dago, Kebon Jukut, Buah Batu, Kopo, Terusan Jakarta, dan Cimahi.

Selain sebagai gerai oleh-oleh, di tangan Andrew, Kartika Sari juga telah berekspansi ke usaha restoran yang dibuka di gerai Kartika Sari Dago dan Buah Batu dengan nama Madame Sari. Tidak hanya itu, Andrew juga membuka sebuah kafe yang diberi nama Morenos, yang bisa dijadikan sebagai tempat istirahat sejenak bagi para pelanggan yang sedang belanja oleh-oleh.

Pisang Bolen dan Bagelen yang Menjadi Incaran

kartikasari-food

Konsistensi produk yang dikedepankan oleh sang pemilik menjadi alasan mengapa pisang bolen yang merupakan produk legendaris Kartika Sari masih menjadi oleh-oleh favorit hingga saat ini. “Kami selalu menjaga ketat konsistensi rasa pada setiap produk kami. Itulah sebabnya pisang bolen kami tetap menjadi produk unggulan Kartika Sari. Bahkan orang rela antre demi mendapatkan pisang bolen ini,” ungkap Andrew.

Selain pisang bolen, ternyata Bagelen (roti tawar kering) juga menjadi salah satu produk yang paling diincar di Kartika Sari. “Bagelen mungkin identik dengan roti murah, yaitu roti yang tidak laku lalu dikeringkan. Tapi kalau di sini, bagelen adalah roti baru yang sengaja dikeringkan dan dipoles dengan butter,” papar Andrew.

Konsisten Memakai Blue Band Master Margarine

kartikasari-restoMenyadari masalah rasa yang membuat para pelanggannya tetap setia untuk datang kembali ke gerainya, Andrew mengaku tidak main-main dalam pemilihan bahan baku. Menurutnya, produk yang berkualitas memang harus berani memakai bahan baku berkualitas pula. “Soalnya ini menyangkut kepuasan pelanggan,” ujarnya.

Andrew mengaku dari awal Ibunya sudah menggunakan Blue Band Master Margarine dalam berbagai produk- produk Kartika Sari. Pisang bolen dan Bagelen adalah dua produk Kartika Sari yang sarat dengan penggunaan Blue Band Master Margarine. Bahkan menurut Andrew, Ibunya sering tersinpirasi oleh pihak Unilever Food Solutions, seperti dalam pembuatan kulit pisang bolen.

Blue Band Master Margarine dari Unilever Food Solutions terkenal konsisten. Maka kami tetap setia untuk menggunakan Blue Band Master Margarine. Rasa, tekstur, dan aroma pisang bolen sejak awal Kartika Sari berdiri sampai sekarang juga tidak berubah. Menurut saya, kualitas yang seperti itulah yang dicari pelanggan dan menyukseskan bisnis kami.”
– Andrew Purnomo, Kartika Sari

Kunci Sukses Kartika Sari:

  • Selalu mengikuti perkembangan trend dan terus berinovasi
  • Mempertahankan konsistensi produk
  • Menggunakan hanya bahan- bahan berkualitas
  • Meningkatkan kualitas produk dan layanan terus menerus
  • Menjaga loyalitas karyawan dengan memperlakukan karyawan seperti bagian dari keluarga

kartikasari-food2

Dapatkan banyak inspirasi lainnya di www.UFS.com



About the author  ⁄ NCC Indonesia

Comments are closed.