Mengatur Karyawan pada Usaha Rumahan

by Fatmah Bahalwan
(naturalcatering at cbn.net.id)

Ada beberapa pertanyaan yg datang perihal diatas. Rasanya pertanyaan ini mewakili banyak sekali pertanyaan para “pengusaha” rumahan seperti saya juga.

Setelah hampir 6 tahun mengelola usaha rumahan, saya seperti bisa memahami sifat karyawan rumahan. Mirip-mirip karyawan kantor dimasa jaya negeri kita. Suka berpindah-pindah atau bertualang mencari kerjaan, tanpa alasan mendasar.

Rasanya kurang baik apaaa ya saya sama dia, tapi koq enak aja udah pinter trus brenti kerja, rasanya gemeeesss deh’ begitu yg sering kita dengar keluhan ibu-ibu.

Lebih gawat lagi, ada beberapa teman yg terpaksa menutup usahanya karena karyawannya berhenti. Sangat memprihatinkan. Ketergantungan kepada karyawan terlalu tinggi.

Keadaan seperti ini disebabkan karena peluang kerja lebih banyak dibanding jumlah orangnya. Bahasa ekonominya ‘tidak seimbang antara supply and demand’, gitu ya? CMIIW. Kemudahan mendapatkan ‘kerjaan lain’ membuat mereka rajin bertualang, dan memilih mana yg paling dia suka. Kadang kejeblos dan balik lagi ke ‘majikan’ lama bukan sesuatu yg aib, toh masih diterima juga.. lha piye, wong butuh 🙂

Melihat keadaan ini, posisikan diri anda sebagai “ahli”, sekaligus menyiapkan diri ditinggal setiap karyawan dalam waktu minimal satu tahun. Sehingga se-ahli apapun karyawan, lalu berhenti, usaha tetap bisa berjalan karena ahli yg sebenarnya tetap ada, yaitu anda sendiri.

Meski iya, saya selalu menyiapkan diri ditinggal pembantu dan siap mengajari karyawan baru.. artinya, jangan pernah panic ditinggal karyawan, tapi siapkan diri anda untuk mudah mendapatkan yg baru. Penuhi folder dengan contact person yg memudahkan urusan ini, missal ‘Yayasan Manpower Supply’, Ortu, Mertua, Paman, Bibi, Oom, Tante, Aa, Teteh, pokoke begitu butuh orang segera telpon ‘seluruh dunia’ untuk minta bantuan dapetin org baru, segera latih mereka tanpa curiga, sehingga keadaan rumah yg jadi tempat usaha ini bisa normal kembali.

Dalam menjalankan usaha rumahan, saya banyak sekali mendapat dukungan dari para tetangga. Alhamdulillah saya bertempat tinggal di ‘Kampung’ yg penduduknya masih bersedia ‘rewang’ saat saya harus mengerjakan ‘proyek besar’ 🙂
Memberdayakan tetangga ini luar biasa ‘enak’, karena tidak perlu sedia tempat tinggal, dll. Kekurangannya, mereka tidak 24 jam ada didekat kita.

Keadaan ini bisa memulai kita berlatih punya usaha sebagaimana kantor atau pabrik yg karyawannya bekerja shift,

Selain itu, bermitra dengan teman adalah siasat jitu mengatasi keterbatan jumlah karyawan. Tak perlu punya banyak karyawan, tapi banyak mitra usaha sangatlah penting. Alhamdulillah saya banyak sekali menggunakan kemudahan ini. Jadi jangan heran klo tiba-tiba saya bisa mendadak menyajikan coffee break jumlah 100 s/d 300 pax dengan aneka jenis snacks, semua itu bisa terlaksana karena dukungan teman.. pertanyaan lain yg kemudian datang kesaya adalah “koq kamu bisa
sich?!”

Jadi tetangga, teman, sodara, dll yang kita ketahui memiliki kemampuan tertentu merupakan asset tak ternilai dalam membesarkan usaha kita.

Biarkan saja anak-anak itu bertualang, menikmati acara pindah-pindah kerjaan, mungkin lagi jamannya, tapi selalu posisikan diri anda sebagai org yg tak pernah rugi karena ulah mereka.

Lalu bagaimana menjaga kemitraan dengan tetangga dan teman??? Buatlah mereka selalu ‘beruntung’, dengan membantu mereka beruntung secara financial, anda juga beruntung toh? Untung bersama lebih indah lho dari pada untung sendirian. Buat apa untung gede tapi anda gak punya teman?

Kalau gak ada teman yg pinter masak dan bikin kue, gimana? Ajari teman anda, niscaya anda akan punya mitra!

Bermitra ini juga silaturahmi, sangat indah. Saya setuju sekali dengan kata-kata “9 dari 10 pintu rejeki ada di perniagaan”. Lha iya, selain dapat uang kita juga silaturahmi. Jualan silaturahmi, bermitra juga silaturahmi.

Salam manis
fatmah

About the author  ⁄ NCC Indonesia

Comments are closed.