stories & photos by Ina Sadiman
Tgl 16 juli kemarin aku dikirim kantor ke Kuala Lumpur untuk ikut training, awalnya memang utk course aja tapi karena udah ketularan virus NCC, terpikir kenapa nggak dipakai sekalian utk ajang temu dengan NCC Malaysia ?
Dari Jakarta aku berangkat jam 10.45 dengan Garuda dan sampai di bandara Kuala Lumpur (KLIA) jam 01.30. Sebenarnya perjalanan hanya makan waktu 1 jam 45 menit tetapi karena ada perbedaan waktu 1 jam antara Indonesia dengan Malaysia, maka lama perjalanan menjadi seperti 2 jam 45 menit. Pada saat hendak mengambil bagasi ternyata kita harus naik kereta dulu untuk menuju ke gedung seberang, jadi bisa dibayangkan betapa luasnya bandara KLIA. Setelah urusan imigrasi dan pengambilan bagasi selesai kita menuju pintu keluar untuk meninggalkan bandara dan saat itu kita memutuskan untuk naik taxi, tarif taxi menuju ke Kuala Lumpur mahal sekali RM 75 (RM 1 = Rp. 2.510,–) sedangkan kalau naik kereta RM 35 atau kalau ingin lebih murah lagi bisa naik bis. Berhubung aku berdua dengan peserta lain kita patungan bayar untuk naik taxi.
Belakangan aku juga baru tahu kalau jarak dari KLIA ke Kuala Lumpur itu hampir sama dengan jarak Jakarta – ke Cikampek, karena itu waktu yang ditempuh sekitar 1 Jam untuk sampai di hotel.
Masih hari yang sama aku sempatkan untuk bertemu dengan salah satu member NCC, dan kebetulan Nita ini benar2 original wong Malaysia.
Rumah Nita ada di kota lain namanya Damansara (mungkin kalau di Jakarta itu didaerah Tangerang). Dia ajak aku keliling dan sempatkan ke Mall di Damansara.
Malam itu kita atur rencana dan diputuskan hari Rabu tgl 19 Juli untuk kunjungan ke TBK yang terbesar di Malaysia, berhubung hari Senin aku udah harus ikut course, Nitalah yang bertugas untuk menghubungi Hernik. Di hari Senin itu aku baru bisa minta izin kepada penyelenggara untuk tidak ikut 1/2 hari course di hari Rabu karena satu hal, sebegitu hebatnya pengaruh NCC sampai bisa mengalahkan course.
Hernik kebetulan baru 1 tahun tinggal di Malaysia dan dari Hernik kita akhirnya tahu ada Dyah yang tinggalnya cuma beberapa blok dari hotel tempat aku tinggal, katanya Dyah juga baru 4 bulan tinggal di Malaysia, walaupun baru 4 bulan tapi sudah banyak area yang sudah dijelajahi sama dia, menurut rencana Lindra yang kebetulan sedang berlibur dengan keluarganya di Malaysia juga mau bergabung tapi saat-saat terakhir Lindra membatalkan karena dia sulit untuk atur waktu antara kita dengan keluarganya. Akhirnya hari Rabu itu Hernik yang jemput aku ke hotel sekitar jam 11.00 karena kebetulan dia baru aja menghadiri pengajian dekat hotelku jadi sekalian dia jemput aku, dari situ kita langsung nyebrang menuju apartmentnya Dyah. Dengan mobil Dyah kita menuju kesuatu tempat (aku lupa namanya) untuk bertemu dengan Nita, supaya lebih praktis kita putuskan untuk pakai 1 mobil aja dan diputuskan pakai mobil Nita karena hanya Nita yang tahu tempat TBK itu.
Sebelum melanjutkan perjalanan kita putuskan cari makan siang dulu karena perut sudah lapar sekali dan atas recommend Nita kita makan di resto Melayu yang kebetulan dekat dengan tempat kita parkir mobil, selintas dari makanan yang dipajang ada banyak makanan yang cukup familiar dengan lidah kita dan kita tinggal pilih mana makanan yang kita mau, begitu banyak pilihan akhirnya aku ambil sayur kecipir dan sayur kayak cap cai dan yang bikin aku semakin nafsu makannya adalah sambal belacannya yang enak banget. Kita saling tukar cerita pengalaman, tanpa terasa hari sudah semakin siang. Setelah kenyang kita lanjutkan kembali perjalanan, perjalanannya makan waktu lama karena letak TBK ini bukan di Kuala Lumpur. Alamat tepatnya : No. 30 & 32, Jalan Persiaran Puteri 1, Bandar Puteri, 47100 Puchong, Selangor Darul Ehsan.
Untuk menuju kesana kita banyak lewat jalan tol, seandainya aku disuruh kesana lagi mungkin aku nggak tahu karena begitu banyak jalan tol yang harus kita lalui.
Lokasi Tbk itu ada di daerah ruko-ruko , namanya Bake with Yen, pemiliknya adalah Yen Kong Moi. Lokasi di hook, terdiri dari 3 lantai; lantai satu untuk toko, lantai dua untuk gudang/stock sedangkan lantai 3 untuk tempat kursus. Dari 4 toko miliknya, toko ini yang paling besar, luasnya +/- 200 meter2 kalau tidak salah dia buat 2 ruko jadi satu.
Kami sempat bertemu dengan pemiliknya, biasanya dia dipanggil dengan sebutan Madam Yen, menurut Nita kita beruntung bisa ngobrol dengan dia karena biasanya dia malas untuk meladeni pertanyaan2 dari customer malah waktu diminta untuk foto dia bersedia berpose didepan dagangannya. Ditoko itu ada 5 rak memanjang kebelakang yang tertata rapih sesuai dengan jenis dan pengelompokan barangnya. Dari segi penerangan masih lebih terang di toko Titan, sebenarnya lampu cukup banyak tetapi karena tingginya rak yang hampir mencapai langit2 itu yang menyebabkan penerangan tidak maksimal Perburuan dimulai dari rak loyang, begitu banyak bentuk dan ukuran loyang yang dipajang sampai kita bingung, aku sempat ambil 1 set loyang
spring form untuk bikin cheese cake, kemudian dirak seberangnya kita temukan tempat pudding yang dalamnya ada berbagai macam sekat untuk diisi dengan warna lain bentuknya persegi panjang atau lonjong, langsung kita berebut masing2 ambil 1, aku malah ambil loyang untuk kuker yang sudah ada sekatnya jadi nggak perlu potong2 lagi. di rak sisi lainnya ada macam-macam bentuk cookie cutters dari keluaran wilton sampai yang buatan Malaysia, disitu juga ada whisk, pisau, sendok ukuran, cup ukuran pokoknya aneka macam pernak pernik. Kadang kalau ada barang yang kita nggak paham atau asing kita langsung sibuk tanya ke Nita bahkan kadang terpaksa kita tanya ke pegawainya.
Disisi rak yang lain ada bermacam-macam tepung : Ginger powder, nugmeg powder, pow flour, snow powder, vital wheat gluten, seet bun mix, pizza flour, potato flour, green pea flour, kiwi muffin mix, wah, banyak lagi macamnya ada juga butter oil, durian flavor, mango flavor dan rhum flavor. Masih di jajaran rak yang sama ada sederetan botol plastic kecil/besar dengan berbagai macam yang isinya essence dan pasta. Dari semua
yang aku ceritakan mungkin bukan suatu hal yang baru buat teman2 NCC tapi berhubung aku masih beginner barang2 yang aku lihat begitu menggelitik dan Nita pandai sekali mempengaruhi kita sampai2 troley ku penuh. Ada satu lagi yang nggak aku temukan di Jakarta, kertas roti yang berlapis lilin. Kertas roti ini fungsinya sama2 untuk alas loyang, hanya bedanya kertas roti yang berlapis lilin ini tidak perlu diberi carlow atau mentega dan tepung lagi tetapi langsung adonan dituang kedalam loyang dan setelah cake matang kertas itu tinggal dicuci dan dijemur kemudian bisa digunakan berkali2 untuk cake berikutnya. Biasanya baru dibuang kalau sudah koyak kertasnya. Tanpa berpikir dua kali langsung aku ambil 3 gulung. Cukup lama kita didalam toko Bake with Yen dan tak terasa sudah hampir 3 jam kita disana. Kita bertiga memborong tapi yang paling banyak beli rasanya aku dech, Nita beli buku resep rupanya dia beli buat aku sama buat perpustakaan NCC, ada buku2 resep keluaran Wilton, tapi aku nggak beli karena perhatianku lebih ke barang. Setelah puas melihat, memilih ,dan membayar, kita putuskan untuk pulang, Dyah juga sudah harus segera pulang karena anaknya yang berumur 8 bulan sudah harus dikasih ASI. Kita sempatkan foto didepan toko dengan membawa belanjaan masing-masing.